Oleh. Agus QA
Sahabat saungmuslim yang budiman, siapa yang tidak mengenal sosok sahabat yang memiliki andil besar terhadap perjuangan Umat Islam di masa awal Islam? Ia bernama Abu Ubaidah bin Jarah. Nama lengkapnya ialah Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraisy. Ia merupakan salah satu sahabat yang dipercaya dan dicintai Rasulullah SAW.
Sahabat ini memiliki rekam jejak yang penuh perjuangan dalam membantu misi dakwah rasulullah SAW. Pribadinya selalu bersahaja dan ramah dengan siapa saja, sehingga tidak jarang banyak orang yang mengenal dan simpati kepadanya. Perangainya yang lemah lembut, tawadhu’ dan sangat menjaga kehormatanya (muru’ah) di manapun ia berada. Namun, tatkala ada urusan penting dengan Rasulullah SAW, ia selalu berada di garda terdepan.
Abu Ubaidah bin Jarrah termasuk golongan awal diantara Sahabat Rasulullah yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Dia mengikuti ajaran Rasulullah SAW lewat perantara Sahabat Abu Bakar As-Sidiq, sehari setelah Abu Bakar masuk Islam. Waktu bertemu dengan Rasulullah SAW, dia bersama dengan sahabat Rasulullah SAW lainnya, yaitu Abdurrahman bin Auf, Utsman bin MA’zun dan Arqam bin Abi Arkam untuk mengucapkan Syahadat di hadapan beliau. Oleh karena itu, ia dan sahabat lainnya tersebut dijuluki sebagai pilar pertama yang membangun mahligai Islam yang mulia ini. Maka beliau juga bagian dari sahabat Assabiquunal Awwalun.
Tidak mudah bagi Abu Ubaidah bin Jarrah dalam menjalani transisi keyakinannya, ia mengalami masa-masa sulit berupa penindasan dari kaum Kafir Quraiys di Makkah. Dia turut menderita bersama kaum muslimin lainnya. Walau demikian, ia tetap tegar dan tidak pernah menyerah dengan ujian yang dihadapinya saat bersama Rasulullah SAW dalam tiap situasi dan kondisi apapun.
Ada sebuah peristiwa heroik yang tidak akan pernah hilang dalam sejarah Islam. Dalam peristiwa perang Badar Kubro, Abu Ubaidah adalah sosok pemberani yang berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa ada rasa takut mati. Namun, apa yang terjadi? Abu Ubaidah telah diketahui salah satu pasukan musuh yang berkuda, ia dihadang dan dikejar sampai jauh ia berlari. Ketika pasukan itu mendekat, Abu Ubaidillah dengan tenang mengayunkan pedang tepat menebas lehernya, dan akhirnya sang musuh tersebut terkapar dan tewas seketika.
Lantas, pertanyaannya adalah siapa musuh yang dihadapinya? Ia adalah seorang yang berjasa dalam hidupnya, tak lain adalah Ayahnya sendiri, Abdullah bin Jarrah. Dalam benak Abu Ubaidah tidak ada musuh yang ia perangi kecuali ia telah memerangi kemusyrikan yang ada pada diri ayahnya tersebut.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Allah SWT telah menyatakan Firman-Nya;
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23)
Mendapat kabar dari Rasulullah SAW tentang Firman Allah SWT tersebut, tidak membuat hati Abu Ubaidah sedih atau bangga karena telah membunuh ayahnya yang musyrik. Tapi Abu Ubaidah senantiasa bertambah kokoh dengan keimanan yang ia pegang dalam keyakinannya.
Dalam peristiwa perang Uhud, Abu Ubaidah juga menunujukkan loyalitasnya terhadap Rasululullah SAW. Ketika wajah Rasulullah terkena dua rantai besi oleh pasukan musuh sehingga melukai wajah beliau. Abu Ubaidah dengan sigap berlari dan melindungi Rasulullah dari serangan musuh tersebut. Melihat wajah Rasulullah yang berdarah, dengan cepat Abu Ubaidah mencabut dengan giginya hingga giginya patah, dan diambillah potongan besi tersebut dari wajah Rasulullah.
Abu Ubaidah adalah sahabat yang mendapatkan kepercayaan Rasulullah SAW, pernah di sebuah kesempatan, Ada seorang dari pemuka Nasrani meminta pendapat Rasulullah tentang selisih paham di antara mereka. Rasulullah diminta menjadi hakim yang memutuskan perkara mereka. Namun, Rasulullah meminta tenggat waktu untuk menunjuk siapa yang lebih layak selain diri beliau. Seusai dalam melaksanakan Shalat, Rasulullah menunjuk seorang sahabat, bukan Abu Bakar, bukan Umar, bukan Utsman dan Ali. Namun Rasulullah SAW justru lebih menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai orang kuat yang terpercaya dalam menyelesaikan perselisahan kaum nasrani tersebut.
Dalam Musyawarah pemilihan Khalifah pertama (Al Yaum Ats-Tsaqifah), usai wafatnya Rasulullah SAW, Abu Ubaidah berperan penting dalam hal tersebut. Banyak kalangan sahabat mempercayakan pribadi beliau termasuk Umar bin khatab. Namun dengan bijak Abu Ubaidah berkata: “ Tidaklah pantas bagi diriku, jika ada diantara kalian yang lebih layak dipilih Rasulullah SAW untuk menjadi Imam Shalat”. Maksud perkataanya menunjuk secara otomatis kepada sosok sahabat Abu Bakar as-Sidiq. Akhirnya hasil dari Musyawarah tersebut diputuskan kepada sahabat Abu Bakar As-Sidiq menjadi Khalifah pertama yang ditunjuk oleh kaum Muslimin.
Dalam masa kekhalifahan pertama, Abu Ubaidah ditunjuk sebagai penasehat utama Abu Bakar as-Sidiq. Pada masa kekhalifahan berikutnya, Abu Ubaidah selalu menjadi orang penting, ia ditunjuk Umar bin Khotob menjadi pemimpin tentara Muslim dalam penaklukan wilayah Syam (Suriah). Ia dan pasukannya berhasil memperoleh kemenangan berturut-turut melawan kekaisaran Romawi, sehingga seluruh wilayah Syam mampu dikuasai Umat Islam.
Abu Ubaidah sahabat Rasulullah SAW, juga senantiasa berada di garda depan ketika umat Islam melakukan peperangan sampai beliau wafat. Tatkala Abu Ubaidah sakit keras terkena wabah penyakit di Syam, menjelang wafatnya ia berpesan kepada sahabat lainnya, bahwa ia meminta agar pasukan muslimin yang dipimpinnya untuk selalu menegakkan Shalat, berpuasa Ramadhan, membayar Zakat, dan menunaikan ibadah Haji dan Umroh. Ia juga meminta agar para sahabat saling menasehati antar sesama, menasehati pemerintah yang memimpinnya dan jangan sampai mereka berada dalam kesesatan. Ia juga berpesan agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kehidupan duniawi dan jauh dari mengingat kematian. Kemudian sebelum Allah memanggilnya ia menyerahkan amanahnya kepada sahabat Mu’adz bin Jabbal untuk menjadi panglima perang setelahnya.
Abu Ubaidah wafat pada tahun 639 M, di bumi Syam (Jordania). Dari kisah beliau yang menjadi inspirasi bagi umat Islam setelahnya, beliau adalah perangai yang kharismatik, bijak, terpercaya dan layak diteladani oleh kita semua. Ia adalah sosok sahabat kepercayaan Rasullah SAW dan didambakan umat Islam di masanya. Sehingga ia layak mendapat julukan orang yang dipercaya oleh kaumnya (Aminul Ummah) dan sebagai pemimpin bagi para pemimpin ( Amirul Umaro). [AQA]
Picture Reference:
https://alchetron.com
Sahabat saungmuslim yang budiman, siapa yang tidak mengenal sosok sahabat yang memiliki andil besar terhadap perjuangan Umat Islam di masa awal Islam? Ia bernama Abu Ubaidah bin Jarah. Nama lengkapnya ialah Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraisy. Ia merupakan salah satu sahabat yang dipercaya dan dicintai Rasulullah SAW.
Sahabat ini memiliki rekam jejak yang penuh perjuangan dalam membantu misi dakwah rasulullah SAW. Pribadinya selalu bersahaja dan ramah dengan siapa saja, sehingga tidak jarang banyak orang yang mengenal dan simpati kepadanya. Perangainya yang lemah lembut, tawadhu’ dan sangat menjaga kehormatanya (muru’ah) di manapun ia berada. Namun, tatkala ada urusan penting dengan Rasulullah SAW, ia selalu berada di garda terdepan.
Abu Ubaidah bin Jarrah termasuk golongan awal diantara Sahabat Rasulullah yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Dia mengikuti ajaran Rasulullah SAW lewat perantara Sahabat Abu Bakar As-Sidiq, sehari setelah Abu Bakar masuk Islam. Waktu bertemu dengan Rasulullah SAW, dia bersama dengan sahabat Rasulullah SAW lainnya, yaitu Abdurrahman bin Auf, Utsman bin MA’zun dan Arqam bin Abi Arkam untuk mengucapkan Syahadat di hadapan beliau. Oleh karena itu, ia dan sahabat lainnya tersebut dijuluki sebagai pilar pertama yang membangun mahligai Islam yang mulia ini. Maka beliau juga bagian dari sahabat Assabiquunal Awwalun.
Tidak mudah bagi Abu Ubaidah bin Jarrah dalam menjalani transisi keyakinannya, ia mengalami masa-masa sulit berupa penindasan dari kaum Kafir Quraiys di Makkah. Dia turut menderita bersama kaum muslimin lainnya. Walau demikian, ia tetap tegar dan tidak pernah menyerah dengan ujian yang dihadapinya saat bersama Rasulullah SAW dalam tiap situasi dan kondisi apapun.
Ada sebuah peristiwa heroik yang tidak akan pernah hilang dalam sejarah Islam. Dalam peristiwa perang Badar Kubro, Abu Ubaidah adalah sosok pemberani yang berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa ada rasa takut mati. Namun, apa yang terjadi? Abu Ubaidah telah diketahui salah satu pasukan musuh yang berkuda, ia dihadang dan dikejar sampai jauh ia berlari. Ketika pasukan itu mendekat, Abu Ubaidillah dengan tenang mengayunkan pedang tepat menebas lehernya, dan akhirnya sang musuh tersebut terkapar dan tewas seketika.
Lantas, pertanyaannya adalah siapa musuh yang dihadapinya? Ia adalah seorang yang berjasa dalam hidupnya, tak lain adalah Ayahnya sendiri, Abdullah bin Jarrah. Dalam benak Abu Ubaidah tidak ada musuh yang ia perangi kecuali ia telah memerangi kemusyrikan yang ada pada diri ayahnya tersebut.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Allah SWT telah menyatakan Firman-Nya;
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23)
Mendapat kabar dari Rasulullah SAW tentang Firman Allah SWT tersebut, tidak membuat hati Abu Ubaidah sedih atau bangga karena telah membunuh ayahnya yang musyrik. Tapi Abu Ubaidah senantiasa bertambah kokoh dengan keimanan yang ia pegang dalam keyakinannya.
Dalam peristiwa perang Uhud, Abu Ubaidah juga menunujukkan loyalitasnya terhadap Rasululullah SAW. Ketika wajah Rasulullah terkena dua rantai besi oleh pasukan musuh sehingga melukai wajah beliau. Abu Ubaidah dengan sigap berlari dan melindungi Rasulullah dari serangan musuh tersebut. Melihat wajah Rasulullah yang berdarah, dengan cepat Abu Ubaidah mencabut dengan giginya hingga giginya patah, dan diambillah potongan besi tersebut dari wajah Rasulullah.
Abu Ubaidah adalah sahabat yang mendapatkan kepercayaan Rasulullah SAW, pernah di sebuah kesempatan, Ada seorang dari pemuka Nasrani meminta pendapat Rasulullah tentang selisih paham di antara mereka. Rasulullah diminta menjadi hakim yang memutuskan perkara mereka. Namun, Rasulullah meminta tenggat waktu untuk menunjuk siapa yang lebih layak selain diri beliau. Seusai dalam melaksanakan Shalat, Rasulullah menunjuk seorang sahabat, bukan Abu Bakar, bukan Umar, bukan Utsman dan Ali. Namun Rasulullah SAW justru lebih menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai orang kuat yang terpercaya dalam menyelesaikan perselisahan kaum nasrani tersebut.
Dalam Musyawarah pemilihan Khalifah pertama (Al Yaum Ats-Tsaqifah), usai wafatnya Rasulullah SAW, Abu Ubaidah berperan penting dalam hal tersebut. Banyak kalangan sahabat mempercayakan pribadi beliau termasuk Umar bin khatab. Namun dengan bijak Abu Ubaidah berkata: “ Tidaklah pantas bagi diriku, jika ada diantara kalian yang lebih layak dipilih Rasulullah SAW untuk menjadi Imam Shalat”. Maksud perkataanya menunjuk secara otomatis kepada sosok sahabat Abu Bakar as-Sidiq. Akhirnya hasil dari Musyawarah tersebut diputuskan kepada sahabat Abu Bakar As-Sidiq menjadi Khalifah pertama yang ditunjuk oleh kaum Muslimin.
Dalam masa kekhalifahan pertama, Abu Ubaidah ditunjuk sebagai penasehat utama Abu Bakar as-Sidiq. Pada masa kekhalifahan berikutnya, Abu Ubaidah selalu menjadi orang penting, ia ditunjuk Umar bin Khotob menjadi pemimpin tentara Muslim dalam penaklukan wilayah Syam (Suriah). Ia dan pasukannya berhasil memperoleh kemenangan berturut-turut melawan kekaisaran Romawi, sehingga seluruh wilayah Syam mampu dikuasai Umat Islam.
Abu Ubaidah sahabat Rasulullah SAW, juga senantiasa berada di garda depan ketika umat Islam melakukan peperangan sampai beliau wafat. Tatkala Abu Ubaidah sakit keras terkena wabah penyakit di Syam, menjelang wafatnya ia berpesan kepada sahabat lainnya, bahwa ia meminta agar pasukan muslimin yang dipimpinnya untuk selalu menegakkan Shalat, berpuasa Ramadhan, membayar Zakat, dan menunaikan ibadah Haji dan Umroh. Ia juga meminta agar para sahabat saling menasehati antar sesama, menasehati pemerintah yang memimpinnya dan jangan sampai mereka berada dalam kesesatan. Ia juga berpesan agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kehidupan duniawi dan jauh dari mengingat kematian. Kemudian sebelum Allah memanggilnya ia menyerahkan amanahnya kepada sahabat Mu’adz bin Jabbal untuk menjadi panglima perang setelahnya.
Abu Ubaidah wafat pada tahun 639 M, di bumi Syam (Jordania). Dari kisah beliau yang menjadi inspirasi bagi umat Islam setelahnya, beliau adalah perangai yang kharismatik, bijak, terpercaya dan layak diteladani oleh kita semua. Ia adalah sosok sahabat kepercayaan Rasullah SAW dan didambakan umat Islam di masanya. Sehingga ia layak mendapat julukan orang yang dipercaya oleh kaumnya (Aminul Ummah) dan sebagai pemimpin bagi para pemimpin ( Amirul Umaro). [AQA]
Picture Reference:
https://alchetron.com
إرسال تعليق