Badai Kepercayaan Turki di Eropa


Oleh. Agus QA.

Ironi sedang terjadi di Turki, sebuah negeri yang berjargon bumi Al Fatih. Negeri ini sedang mengalami dinamika politik yang semakin memanas akibat disudutkan oleh Negara sekutunya di Eropa. Tak dapat dipungkiri Turki merupakan salah satu negara Eropa yang wilayahnya strategis, namun kondisinya menjadi tersudut karena diasingkan oleh sekutunya semenjak terjadinya percobaan kudeta terhadap presiden Erdogan oleh oknum pengkhianat bangsa.

Stabilitas perpolitikan di Turki, menjadi hal yang paling ditakuti oleh rival politiknya. Saat ini Turki sedang mengalami masa sulit semenjak gagalnya kudeta yang diduga didalangi oleh AS dan sekutunya itu. Oleh karena itu, Turki dengan kepemimpinan Erdogan yang sejatinya menjadi angin segar di wilayah Eropa tidak lantas tunduk dengan arogansi beberapa negara Eropa.

Banyak negara di Eropa menyatakan keresahan mendalam melihat tanggapan Turki terhadap upaya kudeta Juli 2016 lalu, serta ada anggapan adanya pergeseran Turki menjadi negara otoriter di bawah Erdogan. Kabar terkini, Turki dan Belanda bersitegang akibat salah paham ketika menteri urusan keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya akan berpidato di rapat umum yang diselenggarakan di Rotterdam Belanda, ternyata ia dicekal dan diminta keluar dari Negara tersebut. Kemudian, Turki kembali mengutus menteri luar negerinya untuk mencari akar masalahnya, akan tetapi upaya tersebut dicegah dan ia diminta kembali via udara.

Kabar sebelumnya, Jerman pernah bersitegang dengan Turki akibat adanya penolakan yang sama dari menteri dalam negeri Jerman yang menyatakan menentang rapat umum Turki di dalam wilayah Jerman. Kementerian Luar Negeri Jerman, dalam pemberitahuan terbarunya yang diposting di situs resmi pada hari Senin (13/3), mengatakan wisatawan harus waspada terhadap peningkatan ketegangan dan aksi protes menjelang refrendum pada 16 April. (Republika; Selasa, 14 Maret 2017).

Pemimpin Denmark Lars Lokke Rasmussen juga menunda pertemuan dengan pemimpin Turki, yang telah direncanakan sebelumnya. Ia beralasan prinsip-prinsip demokrasi berada dalam tekanan besar di Turki. Sementara itu beberapa pemimpin negara-negara Uni Eropa juga mengkritik Turki di tengah meningkatnya perselisihan yang disebabkan oleh usaha pemerintah Turki menyelenggarakan rapat umum warganya yang tinggal di negara-negara Eropa.

Erdogan menuding negara-negara Barat mempunyai ketakutan yang sangat berlebihan terhadap Islam dan ia menuntut lembaga-lembaga internasional memberlakukan sanksi terhadap Belanda. Namun Uni Eropa rupanya sudah lupa bagaimana kontribusi Turki dalam segala bentuk kerjasama.

Dunia Islam tentu patut merespon dan membantu kondisi Turki terkini. Erdogan adalah pribadi yang kharismatik, tidak memungkinkan untuk berbuat hina dan melumuri tangannya dengan darah rakyatnya. Di manapun bumi dipijak di situ keadilan harus ditegakkan. [AQA]


Ref Gambar:
http://www.cnbc.com/2016/07/22/turkeys-political-turmoil


Post a Comment

أحدث أقدم