Wahai Wanita, Nabi Adam Pun Malu Saat Auratnya Terbuka

 Pengajaran Allah SWT kepada Nabi Adam a.s merupakan ilmu pertama yang diterima manusia, yang akan menjadi bagian dari sistem berfikir dan nilai yang ada pada manusia.

SETELAH menciptakan Nabi Adam, Allah SWT kemudian mengajarkan kepadanya nama-nama (benda) sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Baqarah ayat 31. Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, ia berkata, “Yaitu nama-nama yang dikenal oleh manusia, seperti insan, binatang, langit, bumi, gunung, laut, kuda, keledai, dan lain-lain, yang berupa makhluk hidup maupun yang lainnya.”

Selanjutnya Allah SWT menciptakan pasangan Nabi Adam yang disebutkannya sebagai istri, yaitu Hawwa. Ibnu Ishaq menguraikan berdasarkan ahli Taurat dan riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa proses itu berlangsung saat Adam mengantuk dan tertidur. Kemudian diambillah sepotong tulang rusuk dari sisi tubuh sebelah kiri dan membalutnya dengan sepotong daging. Dari tulang rusuk itu Allah menciptakan istri Adam, Hawwa. Allah kemudian menyempurnakannya menjadi seorang wanita agar Adam merasa tenang bersamanya.

Ketika rasa kantuknya telah hilang dan Adam terbangun dari tidurnya, ia menoleh ke samping seraya berkata, sebagaimana tertulis dalam Tafsir Ibnu Katsir, “Dagingku, darahku, dan istriku.” Maka ia pun merasa tenang bersamanya.

Allah SWT berfirman kepada Adam, “Hai Adam, diamilah kamu dan istrimu Surga ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik di mana saja kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Baqarah [2] : 35)
Dalam ayat selanjutnya (al-Baqarah [2] : 36), Allah menyampaikan, “Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari Surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian lainnya, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab r.a, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menciptakan Adam sebagai seorang lelaki yang berbadan tinggi, rambutnya lebat, seolah-olah beliau adalah pohon kurma yang tinggi. Ketika Adam mencicipi pohon itu, jatuhlah pakaiannya. Yang pertama kali terlihat darinya adalah auratnya. Ketika ia melihat auratnya, ia berusaha lari menyembunyikan diri di dalam Surga, namun rambutnya tersangkut di pohon tersebut. Adam berusaha melepaskannya, maka ar-Rahmaan berseru: ‘Hai Adam, apakah engkau berusaha lari dari-Ku?’ Tatkala Adam mendengar perkataan ar-Rahmaan, ia berkata, ‘Wahai Rabbku, tidak! Akan tetapi aku malu.’”

Dari ayat ini kita mengetahui, pengajaran Allah SWT kepada Nabi Adam a.s merupakan ilmu pertama yang diterima manusia, yang akan menjadi bagian dari sistem berfikir dan nilai yang ada pada manusia. Demikian pula, adanya wanita pertama yang mendampingi Nabi Adam a.s merupakan bagian dari keinginan manusia untuk mendapatkan ketenangan dan kesenangan.

Sistem berfikir dan nilai yang telah terdapat pada Nabi Adam a.s itulah yang menyebabkan beliau menjadi malu ketika tersesat setelah memakan (buah) dari pohon yang dilarang Allah SWT, terlebih setelah auratnya terbuka. Dari bagaimana seseorang menggunakan fikirnya atau sistem nilai dalam hidupnya itulah kelak yang akan menjadikan manusia akan merasa malu, atau tidak malu, saat terlihat auratnya.




 SUMBER

Post a Comment

أحدث أقدم