Syi'ah Menuduh Aisyah Meracuni Rasulullah Sebelum Beliau Wafat

Ritual sesat Syiah, mendzolimi diri sendiri




Bagi Muslim menghormati para assabiquunal awwaluun adalah merupakan keharusan karena dari merekalah kita mengenal Islam, juga dari merekalah kita menjadi orang-orang terpilih sebagai manusia yang insyaALLAH akan selamat di Akherat. Kita juga dapat mencontoh kehidupan mereka lewat luhurnya akhlaq yang mereka miliki sebagai uswah selain Rasulullah SAW. Di tangan merekalah Islam dapat menjadi besar seperti sekarang ini, mereka merelakan segalanya bahkan nyawanya demi berjuang untuk menegakkan Dienul Islam.
Sepeninggal Rasulullah SAW muncul "agama baru" yang mirip Islam dengan Aqidah yang berbeda dan suka mencaci maki para Ummahatul mukminin dan para Shahabat, bahkan dengan keji mereka menuduh Istri tercinta Rasulullah Aisyah ra telah meracuni Rasulullah hingga beliau meninggal.

Agama tersebut adalah agama Syi'ah yang juga telah banyak mempunyai pemeluk di Indonesia. Dalam mencari pengikut mereka menggunakan simbol-simbol Islam dan berkedok sebagai pecinta Ahlulbait sehingga banyak masyarakat terkecoh dan menjadi pengikut mereka. Lebih celakanya lagi mereka mempunyai ajaran Taqiyah. Taqiyah menurut kaum Muslimin adalah sebuah istilah yang pemahamannya hanya terarah kepada satu arti Yaitu “Dusta”. Adapun menurut Syi’ah taqiyah berarti perbuatan seseorang yang menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya, artinya nifaq dan menipu dalam usaha mengelabui atau mengecoh manusia agar mereka mau bergabung dengan agama Syi'ah.

Syi'ah Menuduh Aisyah dan Hafshah telah Meracuni Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam

Syi'ah menuduh 'Asiyah dan Hafshah Radhiyallahu 'Anhuma yang telah meracuni suaminya sendiri, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelang wafatnya. Hal ini, menurut 'alim Syi'ah terdapat dalam firman Allah Ta'ala, QS. Ali Imran: 144:

Dari Abdush Shomad bin Basyir, dari Abu Abdillah 'Alaihis Salam berkata:

تدرون مات النبي (صلى الله عليه وآله) أو قُتل؟ إن الله يقول: أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ، فُسَمَّ قبل الموت! إنّهما سقتاه! فقلنا: إنهما وأبويهما شرّ من خلق الله


"Tahukah kalian, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi meninggal atau terbunuh? Sesungguhnya Allah berfirman: 'Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?' beliau diracuni sebelum meninggal. Keduanya (Aisyah dan Hafshah) telah meminumkannya! Maka kami katakan: Sesungguhnya keduanya dan kedua bapaknya (maksudnya: Abu Bakar dan Umar) adalah seburuk-buruk makhluk ciptaan Allah." (Muhammad al-'Ayyasyi, Tafsir al-'Ayyasyi, Juz I, (hal. 342)

Catatan Penulis: Orang yang mengetahui hal ihwal Abu Bakar, Umar bin Khathab, 'Aisyah dan Hafshah (mereka adalah mertua dan istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam), sifat mereka, keutamaan dan kedekatan mereka dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam serta kesitimewaan mereka pasti akan mengatakan dengan lantang: INI ADALAH KEDUTSAAN YANG SANGAT JELAS!.

Syi'ah Menuduh 'Aisyah Benar-benar Melakukan Serong

Kaum Syi'ah juga berpendapat bahwa Ummul Mukminin, 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha benar-benar melakukan serong, sebagaimana tuduhan orang-orang munafik. Dan Allah belum membebaskannya dari tuduhan zina. Sedangkan firman Allah 'Azza wa Jalla,

أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ

"Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)." (QS. Al-Nuur: 26), tidak menunjukkan pembebasannya dari segala tuduhan miring tersebut.

Ali al-'Amili al-Bayadhi dalam al-Shirath al-Mustaqim Ila Mustahiqqii al-Taqdiim, (II/165) berkata: "Kami katakan: "Itu adalah penyucian bagi nabi-Nya dari perbuatan zina, bukan untuknya ('Aisyah) sebagaimana yang disepakati oleh mufassirin."
Alim Syi'ah ini berpendapat bahwa Allah belum membebaskan 'Aisyah dari tuduhan yang dilontarkan orang-orang munafikin. Sedangkan Allah berfirman, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (QS. Al-Nuur: 26)

Dalam tafsir yang dipegang kaum muslimin sepanjang zaman, ayat tersebut adalah turun mengenai pembebasan 'Aisyah dari segala tuduhan miring. Dan mereka menjadikannya sebagai landasan bersihnya beliau dari tuduhan hina tersebut. Maka jelaslah bahwa Syi'ah memang benar-benar berbeda dengan Islam dan kaum muslimin, bukan hanya dalam maslaah furu' tapi juga berkaitan dalam masalah-masalah pokok yang menetukan sahnya keimanan.

'Asiyah Akan Dibangkitkan Saat Imam Mahdi Syi'ah Keluar Untuk Menerima Hukuman dan Pembalasan dari Fathimah

Penghinaan terhadap Ummul Mukminin, 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, diungkapkan oleh kitab Syi'ah, bahwa saat Imam Mahdi Syi'ah keluar, ia akan menegakkan had atas Ummul Mukminin.

Al-Shaduq dalam 'Ilal al-Syara-i, (hal. 303), dari Abdurrahim al-Qushahir berkata: Abu Ja'far 'Alaihis Salami berkata kepadaku:

أما لو قام قائمنا، وردت إليه الحميراء، حتى يجلدها الحد وحتى ينتقم لابنة محمد فاطمة عليها السلام منها

"Ketika imam kami sudah bangkit, maka Humaira' ('Aisyah) akan dibawa kepadanya sehingga mencambuknya sebagai hukuman had dan membalaskan dendam untuk anak Muhammad, Fathimah 'Alaihas Salam." (Lihat juga: Bihar al-Anwar: 52/314)

Aku (Abdurrahim al-Qushahir) berkata: "Aku Jadikan diriku tebusanmu, kenapa ditegakkan had atasnya?" Dia berkata: karena ia menfitnah ibu Ibrahim.

Aku bertanya, "kenapa Allah akhirkan hukuman dia untuk al-Qaim (Imam Mahdi)?" Maka ia berkata, "Karena Allah Tabaraka wa Ta'ala mengutus Muhammad (SAW) sebagai rahmat dan mengutus al-Qaim (imam Mahdi) 'Alaihis Salam sebagai penyiksa."
(Lihat juga: Bihar al-Anwar: 52/315)

Catatan Penulis: bukankah ini bentuk penghinaan terhadap kehormatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan." (QS. Al-Ahzab: 57)

Syi'ah Mengafirkan Para Sahabat

Lebih dari itu, keyakinan Syi'ah menyebutkan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam semuanya murtad sepeninggal beliau kecuali hanya segelintir orang saja.

Al-Kulaini dalam al-Raudhah min al-Kaafi (VIII/245), disebutkan: dari Abu Ja'far 'Alaihis Salam, ia berkata: "Semua manusia telah murtad sepeninggal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Lalu ditanyakan kepada beliau siapa saja mereka, beliau menjawab: "Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi, -semoga rahmat dan keberkahan Allah terlimpah kepada mereka."

Keyakinan Syi'ah ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam gagal membina para sahabatnya padahal beliau tinggal bersama mereka selama 23 tahun. Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya menjadi umat terbanyak yang masuk surga. Sekitar dua sepertiga penghuni surga adalah umat beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Lalu bagaimana bisa hanya tiga yang masih sah imannya sepeninggalnya?

Lebih jelasnya silahkan baca tulisan kami sebelumnya: Kitab Syi'ah Melaknat dan Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan 'Aisyah.

Tidak sah Iman Syi'ah Kecuali Dengan Berbara' dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah dan Lainnya

Ulama Syi'ah yang bergelar al-'Allamah, Muhammad al-Baqir al-Majlisi dalam kitabnya yang berbahasa Persia "Haqqu al-Yakin" mengatakan,  "Aqidah kami (Syi'ah), dalam berbara' (berlepas diri): Sesungguhnya kami berlepas diri dari empat berhala: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Mu'awiyah. (dan belepas diri dari empat wanita): 'Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummu al-Hakam. Dan (berlepas diri) dari semua pengikut dan kelompok mereka. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi. Dan sesungguhnya tidak sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan para imam kecuali sesudah berlepas diri dari para musuh-musuh mereka." (Haqqu al-Yaqin, Al-Allamah Muhammad al-Baqir al-Majlisi: 519)

Ini merupakan bukti nyata penghinaan mereka terhadap istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Ummul Mukminin Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu 'Anhuma. Juga penghinaan terhadap bapak keduanya sekaligus mertua Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Penghinaan ini juga ditujukan kepada menantu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Mereka adalah kaum yang menuduh bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam orang yang tidak mengetahui orang-orang yang buruk di sekitarnya sehingga beliau menjadikan sebagian mereka sebagai mertua, istri, dan menantu. Semoga Allah melaknat kaum Syi'ah yang melemparkan tuduhan hina kepada orang-orang mulia ini. Wallahu Ta'ala a'lam.





Post a Comment

أحدث أقدم