Sebentar Lagi Ramadhan Meninggalkan Kita, Apa yang sudah Kita Perbuat?

Di sepuluh hari terakhir Ramadan, bulan mulia ini mulai berkemas. Apa sih yang ada di benak ketika kita mendengar kata berkemas? Bersiap-siap pergi dan entah apakah bisa bersua lagi. Ramadan akan selalu datang hingga nanti saat matahari enggan bersinar alias kiamat. Tapi kita, bisakah berjumpa lagi dengan Ramadan tahun depan? Saat usia tak ada jaminan, apalagi amal yang seringkali cuma ada di angan-angan. Bila sudah begini, lalu amal apa yang akan kita titipkan pada Ramadan untuk dijadikan tabungan saat hari penghisaban?

Bersyukurlah bagi diri yang hari-harinya diisi dengan kataatan. Mulai dari tilawah Quran, salat tarawih dan sunah lainnya, banyak sodaqoh, belajar Islam dengan lebih baik dan tentunya wajib puasa di siang hari. Dan bagi diri yang belum memulai ketaatan itu tapi sudah meniatkannya, ayo mulai melangkah senyampang ada usia di Ramadan ini. Sedangkan bagi jiwa yang masih tenggelam dalam ketersesatan dan kemaksiatan, semoga Allah segera membukakan pintu tobat sebelum Izrail datang.

Ketaatan di Ramadan, bukan cuma selama 29 atau 30 hari saja. Ketaatan di Ramadan adalah sebagai bekal bagi ketaatan kita di 11 bulan setelahnya. Ramadan bukan ketaatan sebatas mode atau trend. Dia bukan musim selayaknya buah-buahan yang memunyai masa panen. Musim pake jilbab, musim tarawih, musim tilawah, musim iktikaf, dan musim-musim lainnya. Namanya musim, pasti sifatnya juga musiman. Ketika Ramadan berlalu, semua kebaikan itu ikut berlalu juga. Naudzubillah.

Ramadan tinggal hitungan hari. Sebegitu cepat waktu berlalu, seolah sekejapan mata. Padahal ketika baru menginjak awal Ramadan, seolah-olah panjang sekali perjalanan menuju lebaran. Kita sudah tak sabar ingin segera mendengar suara takbiran. Esoknya salat Id, kemudian bisa makan enak sepuasnya. Tapi sepanjang-panjangnya hari, selama-lamanya waktu yang ditunggu, tetap ia akan datang juga. Toh, nyatanya kita sudah di sini, di penghujung bulan Ramadan.

Sedikit banyak pasti ada rasa syahdu di hati orang-orang beriman akan berkemasnya Ramadan. Berlipatgandanya pahala, hanya ada di Ramadan. Salat Tawarih, puasa wajib hingga sahur dan buka bersama juga adanya di Ramadan. Malam seribu bulan pun tak mungkin didapati pada bulan selain Ramadan. Bulan ini sungguh sangat istimewa. Pantas bila berat rasanya hati ketika Ramadan mulai berkemas dan akan segera meninggalkan kita untuk datang lagi di 11 bulan berikutnya. Itu pun dengan catatan bila usia kita masih bisa diajak komproim untuk menjumpainya.

Bila mau jujur, Ramadan demi Ramadan betapa masih sering kita tak memaksimalkannya. Tilawah masih dihinggapi rasa malas, puasa pun terasa lemas. Salat tarawih bolong-bolong, di awal rajin sehingga masjid pun penuh. Semakin hari masjid mengalami  kemajuan alias shaf-nya makin maju. Itu tandanya jamaah masjid makin menyusut. Husnudzon saja, semoga jamaahnya tetap menjaga salat wajib dan sunahnya di rumah, amin.
Ramadan berkemas dan segera beranjak. Tiga hari ke depan, duhh...berat nian.
Ramadan berkemas dan segera beranjak. Lima hari ke depan, duhh...berat nian. Serasa ingin kita tahan agar ia tak pergi-pergi. Tapi sudah sunatullah bahwa sesuatu yang datang, pasti ia akan pergi juga. Begitu pun dengan Ramadan. Amal apa yang akan kita titipkan pada Ramadan ketika ia benar-benar pergi?
Sodaqoh yang sedikit tapi insya Allah ikhlas. Salat sunah yang tak banyak rakaatnya tapi khusyuk. Komunikasi kita dengan Allah melalui ayat-ayatNya yang mulai intens. Doa tulus untuk Gaza, Kekhilafahan Islam yang baru berdiri agar segera kuat sehingga bisa melindas Israel laknatullah, atau bahkan secuil senyum untuk membahagian saudara seiman yang sedang sedih.

Apapun itu, pastikan kita menitipkan sesuatu yang terbaik yang bisa dilakukan. Ramadan adalah pemegang amanah utama, ia pasti akan menyimpan titipan kita rapat-rapat hingga nanti saatnya kita membuka saat di yaumil hisab. Wallahu alam.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama